Startup Studio Indonesia: Ini Beberapa Kunci Mencari Product-Market Fit

Teknologi37 views

Rangkaian program inkubasi startup studio Indonesia batch ketiga yang digagas oleh Kemenkominfo masih berjalan. Di sini 15 startup early-stage terpilih sebagai peserta sekaligus finalis mendapatkan rangkaian pelatihan dan pendampingan dari pendiri startup yang diklaim sudah sukses dan mampu menjadi coach alias pendamping.

Di sini mencari kecocokan atau fit penting karena menunjukkan seberapa jauh sebuah startup dapat memberikan solusi yang tepat bagi pasar yang ingin mereka layani. Fase ini sangat krusial terutama bagi founders tingkat awal agar betul-betul dapat memenuhi kebutuhan atau permintaan pengguna.

Product-Market Fit adalah upaya penyempurnaan produk dan model bisnis dalam peningkatan kecocokan atau loyalitas atau retensi pengguna terhadap produk, sebelum startup masuk tahap ekspansi pasar.

Menurut riset yang dilakukan oleh CB Insights, tidak adanya kebutuhan pasar menjadi penyebab terbesar dari kegagalan sebuah startup. Mereka telah menawarkan produk digital, namun frekuensi serta jumlah penggunanya tidak cukup besar untuk membuat perusahaan bisa bertahan dan berkembang.

Apabila tidak berhasil melalui proses PMF, maka bisa dipastikan bahwa startup tersebut akan gagal atau menjadi startup “zombie”. Startup “zombie” merupakan sebutan untuk perusahaan-perusahaan rintisan yang masih bertahan, namun tidak memiliki pertumbuhan bisnis.

Berikut beberapa tips mencapai Product-Market Fit bagi startup yang dibagikan oleh coach dari tiga startup veteran di Startup Studio Indonesia batch ketiga sebagai berikut:

1. Lakukan Uji Pasar Secepat Mungkin

Kesalahan utama startup adalah menunggu terlalu lama untuk menguji apakah pasar menerima produk mereka dengan baik atau tidak. Jika model bisnis startup adalah dengan basis langganan, maka tawarkan biaya langganan yang ideal kepada para pengguna, dan evaluasi feedback yang mereka berikan untuk menentukan apakah skema tersebut bisa berjalan dengan baik atau tidak. 

2. Lakukan A/B Testing untuk Menghitung Dampak Nyata

Seringkali startup menghadirkan fitur-fitur baru dengan harapan untuk menarik semakin banyak pengguna. Namun, hal ini justru bisa menjadi distraksi dari tawaran utama startup. Fajar menyarakan startup untuk menjalakan A/B testing untuk memperhitungkan dampak nyata dari sebuah promo atau fitur maupun kemitraan.

3. Dengarkan Umpan Balik Dari Pengguna

Demi mencapai PMF maka jalan terbaik adalah benar-benar memahami target pengguna, mulai dari kebutuhan, keinginan, hingga harapan mereka. Hal ini bisa membantu founder dan tim startup membangun pemikiran kritis.

4. Bersikap Fleksibel Dalam Adaptasi Produk

Faktanya, tidak semua startup akan sering digunakan oleh pengguna. Bergantung pada jenis bisnisnya, ada startup-startup yang hanya digunakan sekali sebulan atau sekali dalam beberapa bulan. Ini akan menurunkan tingkat retensi pengguna

Phil menyarankan founder startup untuk bisa membangun produk atau fitur-fitur baru yang bisa melengkapi solusi utama tersebut. Fitur-fitur baru yang diakses lebih sering memiliki peluang untuk menambah aliran pendapatan juga semakin besar.

5. Fokus Mengembangkan Power User

Kenali siapa saja power user atau pengguna setia kita, dan berfokuslah untuk memperluas segmen ini dengan membangun produk-produk baru sesuai dengan kebutuhan mereka.

Pahami apa yang membuat power user ini loyal dan tertarik untuk mencoba produk startup kita. Mereka yang menentukan apakah startup kita bisa makin berkembang atau tidak