Melaksanakan ibadah puasa ramadan di Mesir, yang notabene merupakan negara dengan kultur Islam yang begitu kuat. Tentunya sangat jauh berbeda dengan menjalankan ibadah puasa ramadan di Indonesia.
Begitupun dengan adat istiaday dalam menyambut datangnya bulan suci ramadan yang penuh berkah. Berikut adalah fakta dan berbagai keunikan menjalani ibadah puasa ramadan di Mesir, yang mungkin tidak ada di Indonesia.
Kehidupan Mahasiswa Al-Azhar Di Bulan Suci Ramadan
Biasanay, bulan ramadan di Mesir selalu bertepatan dengan bulan libur atau kalender musim libur kuliah. Hal ini berlaku bagi mahasiswa Strata 1 Universitas Al-Azhar Mesir yang berasal dari luar negeri. Kegiatan kuliah biasanya telah rampung dan selesai dilaksanakan, karena sudah menjalani ujian akhir tahun.
Sekolah lain dari jenjang Aliyah hingga terbawah juga sudah memasuki masa liburan yang hampir sama dengan Universitas. Masa belajar dan KBM di negara ini memang telah diatur sedemikian rupa, secara nasional dan serempak.
Yang beda adalah jenjang tingkat Diploma, Magister, atau diatasnya yang dalam bulan suci ramadan masih berada dalam kegiatan kuliah atau masih menjalani ujian.
Libur Bisa Mudik? Bisa, Tapi Terhalang Tiket Mahal
Para wafidin (sebutan dari warga asli Mesir untuk mahasiswa luar negeri) mengisi bulan ramadan dengan beragam macam agenda. Contohnya untuk mahasiswa yang berkantong tebal, bisa mengisi agenda dengan menjalani umroh ke tanah suci. Mahasiswa tajir lainnya memilih pulang dan berlibur ke Indonesia untuk mengisi bulan suci dan berlebaran di kampung halaman.
Namun apa daya, tidak semua kantong manusia itu sama. Untuk mahasiswa yang berkantong tipis, umroh atau mudik ke kampung halaman merupakan sesuatu yang tabu dan muksyil untuk dilakukan. Dan menjalani ramadan dengan berdiam diri di Mesir adalah opsi yang paling masuk akal untuk dilakukan. Karena, jarak ribuan kilometer dari Mesir-Indonesia tentunya memerlukan biaya dan kocek yang tidak sedikit.
Mudik Segan, Ibadah-Ibadah Yang Bermanfaat Tetap Menjadi Prioritas Utama
Pilihan untuk menjalani ibadah ramadan di Mesir tentunya dapat memberi keuntungan yang tidak sedikit, jika dimaksimalkan dan tidak melulu diratapi. Keuntungan yang dimaksud adalah keuntungan yang tidak dapat ditebus dengan materi.
Karena di bulan suci ramadan, para dosen Al-Azhar menggelar pembacaan berbagai kitab khusus yang dikaji sebulan penuh berikut ijazah sanadnya! Dan beberapa museum serta organisasi kesenian, satra dan budaya juga tidak mau kalah. Mereka menyelenggarakan berbagai macam event khusus yang biasanya berbayar menjadi gratis, atau dengan harga yang menjadi sangat terjangkau.
Berpuasa Di Mesir Juga Merupakan Sebuah Impian Bagi Kebanyakan Masyarakat Indonesia.
Yang istimewa, suasana religius Ramadhan dari lingkungan dan masyarakat Mesir begitu terasa. Di bulan suci ini, banyak dijumpai orang-orang membaca al-Quran di kereta, atau kendaraan umum. Mereka juga menjadi begitu mudah bersedekah, baik itu sedekah doa, uang, sembako atau menyediakan maidaturrahman (menu berbuka puasa) di sejumlah lokasi yang berbeda-beda. Bangunan besar semi permanen pun banyak didirikan di tepi-tepi jalan untuk menyuguhkan menu berbuka puasa secara gratis.
Masjid-masjid di Mesir pun seperti berlomba menyediakan tempat tarawih spesial dengan Imam yang fasih dan jumlah rakaat yang berbeda-beda. Ada yang hanya delapan rakaat, ada pula yang dua puluh rakaat.
Umumnya, shalat tarawih di Mesir tiap satu malam menghatamkan satu juz penuh. Meski lebih lama jika dibanding keumuman tarawih di Indonesia, barisan shaf di masjid-masjid tidak hanya penuh di awal puasa saja. Justru, ketika memasuki sepertiga akhir Ramadhan, masjid menjadi lebih berjubel oleh orang yang tarawih, tadarus maupun iktikaf. Dan alangkah indahnya jika sisi positif dari tradisi bulan Ramadhan di Bumi Seribu Menara ini bisa menjadi teladan bagi Indonesia tercinta.
Comment